Sebuah film yang bercerita tentang perjuangan luar biasa seorang
penerima Nobel Ekonomi, John Forbes Nash (Russel Crowe) yang menderita
gangguan Schizoprenia paranoid. Dukungan keluarga [terutama istrinya],
sahabat-sahabatnya, sejawatnya di kampus, membuat John Nash bisa
“berdamai” dengan halusinasi dan delusi yang menjadi simptom utama
schizoprenia.
Film ini luar biasa dari segi penceritaannya. Juga menampilkan
kejeniusan Nash yang diatas rata-rata, halusinasi dan delusi yang terus
menghantuinya, pengobatan schizoprenia yang saat itu masih menggunakan
insulin shock-therapy, dukungan istri dan rekan-rekannya dalam karirnya
di Princeton University, dan masih banyak lagi. Temanya memang sangat
psikologis.
Film yang disutradarai oleh Ron Howard dan dibintangi antara lain oleh
Jennifer Connely (Alicia Nash), Paul Bettany (Charles Herman), Ed Harris
(William Parcher), dan Adam Goldberg (Sol) ini mendapat Oscar di tahun
2001.
------------------------------------------------------------------
Perhaps it is good to have a beautiful mind, but an even greater gift is to discover a beautiful heart.
(John F. Nash)
(John F. Nash)
------------------------------------------------------------------
Film ini mengajarkan tentang arti sebuah profesionalitas dan
pengungkapan kebenaran bagi diri saya. The Insider bercerita tentang Dr.
Jeffrey Wigand (Russel Crowe) yang dipecat dari perusahaan rokok Brown
& Williamson karena tidak menyetujui kebijakan perusahaan. Wigand
memiliki informasi berharga tentang kebijakan perusahaan rokok itu yang
dinilainya merugikan publik, namun dia terikat pada Confidential
Agreement.
Lowell Bergman (Al Pacino), seorang produser acara 60 Minutes di CBS,
menyarankan Dr. Wigand untuk mengungkapkan informasi itu dalam acara 60
Minutes di CBS. Disinilah “pertempuran” dimulai. Setalah informasi itu
berhasil ditayangkan, Bergman memilih mundur dari CBS dengan alasan
tidak ingin kasus serupa terjadi. Pelajaran yang sangat berharga bahwa
kerahasiaan identitas informan adalah hal yang sangat dijunjung tinggi
di dunia pers.
Film yang disutradarai oleh Michael Mann ini menjadi nominasi Oscar pada tahun 1999, namun dikalahkan oleh film American Beauty.
------------------------------------------------------------------
And I don’t like paranoid accusations ! I’m a journalist. Think. Use
your head. How do I operate as a journalist by screwing the people who
could provide me with information before they provided me with it ?
(Lowell Bergman)
------------------------------------------------------------------
3. Life is Beautiful
Film yang disutradarai oleh Roberto Benigni ini bercerita tentang kisah
satu keluarga yang mengalami penderitaan selama kekuasaan NAZI pada
Perang Dunia II. Guido Orefice (Roberto Benigni) beserta istrinya, Dora
(Nicoletta Braschi) dan anaknya, Giosue (Giorgio Cantarini) dimasukkan
ke kamp konsentrasi oleh NAZI dan mengalami berbagai kesulitan selama
berada disana.
Disitulah perjuangan itu dimulai. Bagi Guido, walaupun berada dalam kamp
konsentrasi dan mengalami penderitaan fisik dan mental, hal yang selalu
diingat dan dilakukannya adalah : mengganggap bahwa hidup itu indah.
Dengan segala cara dia membuat agar anaknya bisa bahagia dan merasakan
keindahan hidup itu sendiri.
Film ini mendapat Oscar di tahun 1998 untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik (Best Foreign Language).
------------------------------------------------------------------
This is the sacrifice my father made for me.
(Giosue Orefice)
(Giosue Orefice)
------------------------------------------------------------------
4. The Pursuit of Happiness
Christopher Gardner(Ayah):
Hey, jangan pernah biarkan siapapun mengatakan.... kamu tidak bisa melakukan sesuatu hal
Bahkan jika aku yang mengatakannya.
Mengerti ?
Christopher(anak):
Baiklah.
Christopher Gardner(ayah):
Jika kamu mempunyai mimpi... Kau harus menjaganya dengan baik
Mereka yang memberi tahu bahwa kamu tidak bisa melakukan sesuatu, itu karena mereka sendiri tidak mampu melakukannya.
Jika kamu menginginkan sesuatu, maka pergi dan raihlah.
Titik.
Hey, jangan pernah biarkan siapapun mengatakan.... kamu tidak bisa melakukan sesuatu hal
Bahkan jika aku yang mengatakannya.
Mengerti ?
Christopher(anak):
Baiklah.
Christopher Gardner(ayah):
Jika kamu mempunyai mimpi... Kau harus menjaganya dengan baik
Mereka yang memberi tahu bahwa kamu tidak bisa melakukan sesuatu, itu karena mereka sendiri tidak mampu melakukannya.
Jika kamu menginginkan sesuatu, maka pergi dan raihlah.
Titik.
Potongan pembicaraan ini adalah salah satu scene dari film pursuit of
happyness yang dibintangi oleh will smith. Dirilis pada tahun 2006, film
ini sangat direkomendasikan untuk anda yg sedang putus asa,atau lemah
semangat. Didalamnya menceritakan perjuangan tentang seorang sales yang
ditimpa kemalangan2 dan ketidak suksesan baik secara finansial maupun
dlm kehidupan rumah tangga, namun tetap terus berusaha sampai akhir.
Dari keadaan ditinggal istrinya dan menjadi orang tua tunggal, hidup
berpindah2 di penampungan gelandangan, menjadi seorang pemilik
perusahaan broker dan milyuner di akhir hidupnya. Film ini dibuat
berdasarkan kisah nyata, dan mengingatkan kita untuk selalu menjaga
mimpi2 kita dalam keadaan seburuk apapun.
5. 3 Idiots
Di India (dan mungkin banyak di banyak negara, termasuk Indonesia)
muncul anggapan bahwa untuk menjadi orang yang sukses, orang harus
menjadi yang terbaik di kampus. Dengan demikian ia akan mendapatkan
pekerjaan terbaik, menjadi orang kaya dan memperoleh jodoh yang baik.
Jika dia gagal dalam akademis, masa depannya akan suram. Hal ini yang
kemudian dilawan oleh tokoh Rancho yang menjadi sentral dalam film
inspirasi ini.
Ada banyak hal yang menarik untuk dipelajari dari 3 Idiots. Film
inspirasi yang menyentil masalah pendidikan ini mempertanyakan sistem
pendidikan yang ada. Pendidikan yang seharusnya mengembangkan manusia
justru malah menekan potensi manusia itu sendiri.
Manusia tidak lagi memiliki kebebasan berpikir, tetapi harus berpikir
menurut sistem yang dalam film ini diwakili oleh sosok Viru S. Sebagai
contoh, mahasiswa tidak boleh menciptakan definisi sendiri, tetapi harus
menuruti buku teks.
Mahasiswa juga dipaksa mengikuti tenggang waktu yang terkadang tidak
masuk akal tanpa ada toleransi sedikit pun. Dosen dan kampus akhirnya
menjelma sebagai tokoh otoriter yang bertindak semaunya.
3 Idiots juga menyoroti masalah pilihan bebas. Saat seorang anak lahir,
ia telah diberi beban dari orang tuanya. Anak laki-laki, misalnya,
dipaksa menjadi insinyur. Anak perempuan menjadi dokter. Harapan orang
tua terhadap anak begitu tinggi hingga pada akhirnya, anak yang tidak
bisa memenuhi harapan orang tua akan menjadi tidak bahagia, stress dan
mungkin saja mencoba bunuh diri seperti yang digambarkan dalam tokoh
Raju.
Adalah tokoh Rancho yang mengajarkan pentingnya menjalani hal yang
paling kita sukai. Karena hanya dengan berani mengejar passion kita,
kita dapat berbuat yang terbaik bagi diri sendiri dan orang lain. Hal
ini yang pada akhirnya membuat Raju berani menghadapi banyak hal dan
membuat Farhan berani keluar dari kampus demi mengejar karirnya sebagai
fotografer.
Karena seperti kata tokoh Farhan yang kurang lebih berkata, “Kalau
saya miskin dalam menjalani pilihan saya, saya hanya akan menyalahkan
diri sendiri. Akan tetapi kalau saya miskin dalam menjalani pilihan
ayah, saya akan menyalahkan ayah.”
Tokoh Ranchu sendiri digambarkan pada akhirnya berhasil membangun
sekolah impiannya. Sebuah sekolah yang memacu muridnya untuk kreatif,
menciptakan alat-alat dan bebas dari tuntutan konvensional masyarakat.
Bukan itu saja, ia berhasil membuktikan kepada Chatur, bahwa kesuksesan
bisa lahir tanpa harus mengikuti aturan pakem dunia pendidikan.
Secara keseluruhan film inspirasi ini mengajarkan pada kita tentang
pentingnya kebebasan berpikir dalam pendidikan dan pentingnya mengejar
hal yang paling penting bagi kita untuk memaksimalkan potensi dalam diri
kita. Setelah itu, maka kekayaan dan kesuksesan akan mengikuti dengan
sendirinya.
Hal ini sangat relevan dengan situasi sekarang. Orang berusaha mencari
uang sebanyak-banyaknya tapi mungkin tidak bahagia karena pekerjaan itu
bukanlah bidang yang mereka cintai.
Sejauh ini, film inspirasi 3 Idiots merupakan film Bollywood dengan
pendapat tertinggi sepanjang masa. Sebelumnya, film dengan rekor
pendapatan tertinggi adalah Ghajani, yang juga dibintangi oleh Aamir
Khan.
Film inspirasi ini juga diganjar sejumlah penghargaan, mulai dari 6 Film
fare Award untuk film dan sutradara terbaik, sepuluh Star Screen Awards
dan enam belas IIFA Awards. Film inspirasi ini diangkat secara bebas
dari novel Five Point Someone oleh Chetan Bhagat.
Motivation Word From 3 Idiots
- Seberapa besarpun masalah, yakinkan hatimu bahwa semua pasti baik baik saja, dgn begitu hatimu bisa tenang
- Insinyur itu org org pintar, tapi mereka blm bisa menemukan alat utk mengukur tekanan mental
- Tidak ada yang tahu bagaimana masa depan kita
- Hidup ini seperti perlombaan, kalau kalian tidak cepat, kalian akan kalah
- Hati kita itu mudah takut. yg pnting bgaimna cara kita meyakinkan hati kita jika smua itu psti akan baik-baik saja
- Give me some sunshine. Give me some rain. Give me another chance. I wanna grow up once again
- Ini universitas. Bukan panci masak bertekanan tinggi yang hanya membuat pikiran org tertekan.
- Jgn belajar utk menjadi kaya saja. Tapi belajarlah menjadi ahli
- Untuk apa mempublikasikan kelemahan orang didepan umum
- Tingkatan hanya menciptakan perpecahan
- Melihat teman kita tdk lulus itu sgt menyedihkan.
- Kau yg memulainya, tapi kau juga yg harus mengakhirinya
- Jgn mengejar kesukseskan. Jadilah insinyur hebat, dan kesuksesan akan menghampirimu.
- Itulah akibatnya bila menghafal tanpa memahami. Kau akan menghabiskan 4 tahun utk belajar, 40 tahun utk menyesali.
- Buat yang menjadi hobimu, menjadi pekerjaanmu, dengan begitu kau akan bekerja seperti bermain.
Arthur:
How many do you see ?
Adams:
There are four fingers, Arthur.
Arthur:
No, no, no. Look at me.
Adams:
What ?
Arthur:
You're focusing on the problem.
If you focus on the problem, you can't see the solution.
Never focus on the problem.
Look at me ! How many do you see ?
No, look beyond the fingers. How many do you see ?
Adams:
Eight.
Arthur:
Eight. Eight.
Yes ! Yes !
Eight's a good answer.
Yes.
See what no one else sees!
See what everyone else
chooses not to see...
out of fear and conformity and laziness.
See the whole world a new each day.
How many do you see ?
Adams:
There are four fingers, Arthur.
Arthur:
No, no, no. Look at me.
Adams:
What ?
Arthur:
You're focusing on the problem.
If you focus on the problem, you can't see the solution.
Never focus on the problem.
Look at me ! How many do you see ?
No, look beyond the fingers. How many do you see ?
Adams:
Eight.
Arthur:
Eight. Eight.
Yes ! Yes !
Eight's a good answer.
Yes.
See what no one else sees!
See what everyone else
chooses not to see...
out of fear and conformity and laziness.
See the whole world a new each day.
----------------------------------------------------
"You're focusing on the
problem. If you focus on the problem, you can't see the solution."
Film drama komedi produksi tahun 1998 ini berdasarkan kisah nyata
tentang Dr. Hunter “Patch” Adams yang terkenal dengan metode
penyembuhannya yang tidak lazim dan melawan pakem tradisional
kedokteran. Kisahnya dimulai dengan Hunter Adams (Robin Williams) yang
depresi lantaran ditinggal pacarnya namun secara sukarela masuk ke rumah
sakit jiwa lantaran ingin sembuh.
Ketika berada dalam perawatan di rumah sakit, Hunter mulai menemukan
jalan hidupnya. Di sana ia menikmati bisa menolong pasien lain lantaran
melihat dokter dan staf bersikap kaku pada para pasien. Ia menolong para
pasien dengan humor dan tawa. Sejak itu Hunter yang kemudian lebih
dikenal dengan julukan Patch bertekad menjadi dokter agar bisa membantu
banyak orang.
Namun di sekolah kedokteran, Patch melihat metode pengobatan yang
diajarkan sangat kaku karena hanya melihat sisi badaniah dan mengabaikan
sisi rohaniah. Patch menganggap pengobatan harusnya mencakup dua sisi
tersebut serta melihat humor adalah obat terbaik untuk kesehatan. Metode
yang digunakannya sangat ditentang para dokter dan profesor sekolah
kedokteran yang tidak suka metode mereka dipertanyakan.
Tetap saja Patch maju terus, tidak peduli kecaman atau gugatan dari
kolega di dunia medis. Setelah lulus kedokteran, Patch kemudian
mendirikan klinik sendiri yang bernama Gesundheit Clinic agar lebih
leluasa menggunakan metodenya dan juga ingin membantu banyak pasien
miskin yang tidak terjangkau sistem kesehatan Amerika yang mahal dan
elitis. Namun lantaran Patch berpraktek tanpa izin praktek, ia lalu
diajukan ke dewan kehormatan kedokteran, Medical Review Board.
Patch Adams adalah seseorang yang nyata, ia adalah seorang dokter dan
juga “badut” (ia suka berpakaian seperti badut) yang terlahir dengan
nama Hunter Doherty Adams pada tahun 1945, anak kedua dari seorang ibu
yang bekerja sebagai guru dan seorang ayah – mayor pada US army, ia
adalah seorang aktivis sosial yang percaya bahwa gelak tawa, keceriaan,
dan kreativitas adalah bagian yang tak terpisahkan dari proses
penyembuhan seseorang.
---------------------------------
Saya ingat dua tahun yang lalu pernah menjenguk seorang tante yang
terkena penyakit diabetes sehingga kakinya luka dan mulai membusuk. Ia
dirawat inap dii sebuah rumah sakit selama beberapa hari hingga akhirnya
dokter memutuskan untuk mengamputasi kakinya tetapi ia tidak bersedia.
Suatu hari saat sang tante hanya dijaga seorang ‘asisten pribadi’-nya,
saya menjenguknya. Dokter ahli yang menangani menyuruh menyampaikan
melalui asisten (dokter)-nya rencana itu kepada saya. Tak lama kemudian
dokter yang bersangkutan muncul. Ia memberi tahu hal itu seolah itu
adalah vonis yang tak boleh ditawar. Saya yang mendengar hal ini merasa
ada jalan buntu di depan, satu-satunya jalan agar jalan itu terbuka
hanyalah ‘amputasi’. Tante saya berkeras tak mau diamputasi. Ia menolak.
Sang dokter tersinggung, seolah merasa diremehkan kredibilitasnya.
Sikap arogannya sungguh tak enak bukan hanya di mata, juga di hati. Kini
tante saya baik-baik saja, lukanya telah tertutup dan sembuh. Meski ia
tak sekuat dulu karena tertatih-tatih jika berjalan, Allah menunjukkan
kuasa-Nya kalau ia bisa tak diamputasi. Pengobatan herbal membantu
perkembangannya hingga kini. Untung saja saat itu tante saya itu segera
keluar dari rumah sakit, jika tidak ia mungkin akan sangat tertekan di
sana dan penyakit bisa semakin gawat.
---------------------------------
Sejalan dengan Dr. Patch Adams, Dr. Rita Charon, seorang guru besar
fakultas Kedokteran di Universitas Columbia, berupaya menempatkan
‘cerita’ pada inti diagnosa penyembuhan. Ia meluncurkan satu gerakan
medis naratif dalam sebuah artikelnya berjudul Narrative Medicine: A
Model for Empathy, Reflection, Profession, and Trust” pada tahun 2001
dalam Journal of The American Medical Association yang menyerukan suatu
pendekatan yang utuh terhadap perawatan medis:
Kedokteran yang mampu secara ilmiah itu sendiri tidak dapat membantu
seorang pasien untuk menghadapi penyakitnya atau menemukan makna dalam
penderitaannya. Bersama dengan kemampuan ilmiah, para dokter memerlukan
suatu kemampuan untuk mendengar cerita-cerita dari pasien, memahami dan
menghormati makna-maknanya, dan tergerak untuk bertindak atas nama
pasiennya.
Mempelajari cerita pasien membantu seorang dokter untuk berhubungan
lebih baik kepada pasien dan menilai kondisi pasien saat itu dalam
konteks cerita kehidupan yang utuh dari orang itu. “Menjadi seorang
dokter yang baik, membutuhkan kompetensi naratif: kompetensi yang
digunakan manusia untuk menyerap, menafsirkan, dan merespon
cerita-cerita,” demikian kata Charon.
Pada tahun 1990-an, kira-kira sepertiga dari fakultas-fakultas
Kedokteran di merika menawarkan kuliah humaniora. Saat ini tiga per
empat menawarkannya. Bellevue, rumah sakit umum legendaris di New York
City, menerbitkan jurnalnya sendiri – Bellevue Literary Review. Bahkan
jurnal-jurnal sastra pun telah muncul di fakultas-fakultas Kedokteran di
Columbia, Universitas Negara Penn, dan Universitas Mexico). Editor
kepala jurnal Be;;evue, Dr. Danielle Ofri, yang mengajar
mahasiswa-mahasiswa kedokteran, mengharuskan bawahannya yang masih muda
untuk menuliskan setidaknya salah satu dari sejarah para pasiennya
sebagai sebuah cerita – untuk menceritakan kisah pasien dari sudut
pandang pasien itu sendiri agar mereka memiliki keterampilan yang lebih
baik dalam berhubungan dengan pasien mereka.
Tentu saja kompetensi naratif tidak dapat menggantikan keahlian teknis.
Namun pendekatan Charon dapat membantu para dokter untuk mengilhami
kerja mereka dengan empati yang lebih dalam. Mahasiswa Charon menyimpan
dua lembar kertas informasi berkenaan dengan masing-masing pasien. Di
satu kertas mereka memasukkan informasi kuantitatif dan bahasa medis
dari catatan laporan rumah sakit. Selain itu para mahasiswa mencatat
cerita-cerita tentang pasien mereka dan mendeskripsikan emosi-emosi
mereka. Menurut penelitian pertama untuk menguji metode ini, para
mahasiswa yang menyimpankertas laporan ‘paralel’ itu mempunyai hubungan
yang lebih baik dengan para pasiennya dan keterampilan mewawancara
dengan teknis yang lebih baik, ketimbang teman-temannya yang tidak
melakukannya. Cerita-cerita itu sendiri tidak akan menyembuhkan orang
sakit. Namun dikombinasikan dengan teknologi modern, mempunyai kekuatan
penyembuhan yang tidak dapat dibantah. Ini mungkin menjadi masa depan
kedokteran: para dokter yang dapat berpikir secara tepat dan merasakan
secara empati, para dokter yang dapat menganalisa sebuah tes dan
menghargai sebuah cerita – para dokter dengan satu pikiran baru yang
utuh.
---------------------------------
Pesan Moral:
Ini berlaku ketika kita berada didalam suatu lingkup kumpulan baik organisasi formal maupun informal, dimana empati akan memiliki pengaruh yang baik didalam lingkungan itu sendiri.
--------------------------------------
7. Something The Lord Made
Film ini bercerita tentang seorang amerika berkulit hitam yg bernama
Vivien Thomas (dibintangi oleh Mos Def) yang lahir pada 29 Agustus 1910
dan meninggal pada 26 November 1986, sebenarnya dia bercita-cita menjadi
seorang dokter bedah, tetapi uang tabungannya menghilang bersamaan
dengan bangkrutnya bank tempat menyimpan uangnya, akhirnya dia mendaftar
menjadi asisten lab seorang dokter bedah dr. alfred blalock (yg
dibintangi oleh Alan Rickman), profesor bedah di Universitas Vanderbilt
di Nashville, Tennessee kemudian di Universitas Johns Hopkins di
Baltimore, Maryland. Walaupun tidak mengenyam pendidikan tinggi, Thomas
berjuang untuk mendapatkan kesetaraan ras dalam hal pekerjaan. Thomas
mengembangkan sebuah metode untuk membedah pasien sindrom bayi biru pada
tahun 1946, dimana aorta pasien tertukar. Thomas pernah mengerjakan
sebuah pembedahan sulit yang disebut atrial sepectomy. Thomas
mengerjakan pembedahan ini dengan sangat lancar.
Kemudian, Thomas menjadi legenda sebagai orang yang mengembangkan teknik bedah yang efisien. Para ahli bedah seperti Cooley, Haller, dan Spencer mempraktekkan teknik ini, dan mereka menjadi bagian terdepan dalam kedokteran Amerika Serikat. Sayangnya, jasa Vivien Thomas tetap tidak dihargai. Bahkan ia lebih rendah gajinya dibandingakn teknisi lab berkulit hitam lainnya. Seringkali, ia menjadi pelayan Blalock saat Blalock mengadakan pesta di rumahnya.
Vivien Thomas kemudian menjadi Direktur Laboratorium Bedah di Johns
Hopkins. Thomas mendidik beberapa teknisi lab Afro-Amerika yang kemudian
terkenal di Amerika. Setelah pensiun, Thomas menulis sebuah
autobiografi yang berjudul Partners of the Heart. Dia juga menerima
gelar kehormatan doktor hukum, karena dilarang memperoleh gelar doktor
medis. Thomas juga ditunjuk sebagai Instruktur Bedah di Sekolah
Kedokteran Johns Hopkins. Sekarang, nama Vivien Thomas dipakai untuk
nama penghargaan beasiswa.
--------------------------------
Pelajaran yg bisa diambil dari film ini adalah teruslah berusaha,
apapun halangan dan rintangan yang kita hadapi, jangan langsung terpuruk
dengan keadaan kita yang sekarang, karena mungkin kebahagiaan akan
terlihat dengan usaha yang kita lakukan.
-------------------------------- Dikutip dari: sepercikcerita.blogspot.com
No comments:
Post a Comment